Floque – Perkamen 19


Logo Jubilee(resize)

Chapter Nineteen : Amanda’s Birthday and Cassie suicide storie.

Mobil yang kami naiki terus melaju hingga akhirnya kami sampai di tempat yang telah di tentukan oleh GPS. “Ayo kita turun!” Ajak Chloe, lalu kami bertiga langsung mengikutinya keluar dari mobil. Kami terus menyisir tempat ini tapi masih belum menemukan juga sosok Cassie. “Harusnya disini. Tapi kenapa dia gak kelihatan yah?” ujar Chloe bingung.

“Coba sini lihat!” Allan meraih iphone milik Chloe. “Iyah, harusnya sih disini. Soalnya lokasinya menunjukkan kalau Cassie itu disini. Tapi kenapa dia nggak ada?” lanjut Allan tak kalah bingung.

“Mungkin dia ke pendam ke dalam tanah kali,hehehe,” sambung Chloe sambil terkekeh.

“Hussshh kamu ngaco,” sergah Amanda cepat. “Mungkin hapenya dia terjatuh disini kali, makanya lokasinya mengarah kesini,” lanjutnya sambil mendekapkan tangan di depan dadanya.

“Ya ampun Amanda, aku kira kamu itu oon-oon I loph you gitu. Ternyata kadang-kadang kamu pinter juga yah. Kirain otak kamu kosong,hahaha” canda Chloe.

“Otak kamu tuh yang kosong. Paling isinya cuman penis Arin atau nggak besok mau ngesex pake gaya apa? Gaya cumi-cumi kesiram air keras kah? Atau gaya keong racun kesambar petir?” balas Amanda kesal.

“Hahaha, nggak mungkin donk aku ngelakuin kedua gaya itu. Gaya apaan tuh, gak jelas banget. Aku tuh yah kalau ngesex sama Arin, gaya favoritenya itu gaya Miley kepentok palu. Jadi setiap Arin penetrasi, aku itu kayak Miley yang kepentok palu, tapi in a good way. Ouchh, abis palunya Arin enak sih. Bikin merem melek,hehehe,” jawab Chloe sambil mengerlingkan matanya ke arah Amanda.

Whore,” sahut Amanda cepat.

“Biarin. Daripada kamu, janda desperate. Abis putus sama Morgan mana ada kamu punya cowok? Cari cowo sana! Nanti vagina kamu jamuran lho,hahahaha,” kata Chloe sambil tertawa kencang. Amanda langsung menatapnya kesal.

“Udah sih. kalian itu bukannya nyari Cassie malah ributin soal vagina. Kayak vagina kalian bagus aja,” sergah Allan cepat.

“Vagina kita bagus kok. Bersih dan higienis lagi. Yakan Nda?” tanya Chloe pada Amanda, lalu dia langsung mengangguk cepat. “Tapi pasti menurutmu bagusan vaginanya Dave, yakan? Punya Dave kan lebih rapet dan ketat,” Canda Chloe, lalu mengerlingkan matanya ke arahku. Saat ini pasti semburat merah tampak diwajahku. Entah kenapa perkataan Chloe tadi sukses membuat wajahku merona. Kulirik Allan malah sedang tertawa. Dasar Allan menyebalkan.

“Apaan sih Chloe. Kamu itu ada-ada aja deh. Yaudah ayo kita lanjut nyari Cassie!” perintahku, karena aku tidak mau permasalahan ini diperpanjang yang nantinya akan berimbas pada diriku sendiri. Ku lihat sekali lagi ke arah Allan. Dia masih saja senyum-senyum nggak jelas kepadaku. Dasar Allan gelo.

“Coba lo telepon dia deh Chloe, siapa tau dia mau angkat,” saran Allan. Chloe mengangguk cepat, menuruti Allan. Sebenarnya,  aku punya firasat dimana keberadaan Cassie. Tapi aku harap firasatku itu salah. Karena kalau benar, pasti akan sangat mengerikan.

“Halo, kamu dimana Cass? Katanya kamu mau bunuh diri yah? Good luck yah, semoga bisa masuk ke neraka,” Chloe ini, selalu saja menganggap masalah itu enteng. Perlahan aku mundur dari mereka. Aku berjalan menjauh dari mereka. Ketika aku sudah melangkah jauh, aku menengokkan kepalaku ke atas. Oh my dear God. Firasatku benar. Ternyata Cassie berada di atas fly over tempat kami berdiri. Saat ini dia sedang berdiri di pinggiran fly over tersebut sambil berbicara di telepon dengan Chloe.

“Ngapain?” tanya Allan menghampiriku. Aku menatapnya dengan tatapan bingung. Bingung, karena tak tahu apa yang harus kusampaikan. Akhirnya, aku hanya menunjuk ke arah Cassie berdiri. “Gila. Dia beneran mau bunuh diri ternyata,” Allan langsung melambaikan tangannya ke arah Chloe dan Amanda. Dia menyuruh mereka menghampiri kami. Setelah mereka menghampiri kami, Allan menunjuk ke tempat dimana Cassie berdiri. Amanda langsung kaget dan menutup mulutnya. Chloe pun sama, aku bisa melihat keterkejutan di raut wajahnya. Namun dia menaruh jarinya di depan bibirnya, menyuruh kami semua untuk diam dan tidak berbicara.

“Oh, yasudah. Titip salam yah buat malaikat-malaikat disana. Ehh, emang kamu bakalan masuk surga yah Cass?hahaha. Yaudah deh, pokoknya kalau kamu beneran bunuh diri, harus beneran mati lho yah. Jangan setengah-setengah, nantinya malah nyusahin orang lagi. Yaudah deh kalau gitu, bye,” Chloe langsung mengakhiri perbincangannya dengan Cassie. “Gila, ternyata Cassie beneran mau bunuh diri? Oh my holy jesus,ckckck. Yaudah ayo kita susul dia!” ajak Chloe. Lalu kami semua berlari ke arah mobil Chloe yang terpakir tak jauh dari kami berdiri.

Kami berputar arah, selanjutnya naik ke atas fly over. Hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit akhirnya kami sampai. Untung aja ini tengah malam, jadi gak bakalan macet. Kami semua langsung turun dari mobil, begitu sampai di atas Fly over dan bergegas ke arah Cassie. “Cass, kamu gila yah?” celetuk Amanda cepat. Cassie yang sedang melamun langsung menolehkan kepalanya ke arah kami yang datang dari arah belakangnya.

“Kok kalian bisa ada disini?” katanya bingung.

“Iyah, memangnya kenapa?” Amanda balik bertanya.

“Darimana kalian bisa tau?” tampak raut kebingungan dari wajahnya yang lebam itu. Aku yakin itu karena dia kemarin sempat berkelahi dengan orang yang kepalanya dia bikin bocor itu.

“Hadduuhh please deh Cass. Kita itu hidup di jaman canggih. Kita poop aja dicebokin. Tinggal nunggu aja nih release-nya mesin yang bisa ngupilin hidung kita,” jawabnya sambil mengbas-ngibaskan rambut panjangnya. “Jadi, jangan disamain kayak jamannya Fir’aun masih ngerangkak deh. Semuanya itu udah canggih sekarang. Mungkin lama-lama kita bisa tahu kapan kita bakal meninggal. Jadi stop berpikiran terlalu classic!” jelas Chloe. Cassie terlihat mencerna apa yang barusan Chloe katakana dalam diam.

“Lo yakin mau bunuh diri Cass?” tanya Allan.

“Iyah, gue udah muak dengan semuanya. Gue udah bosen hidup di dunia yang anjing ini,” katanya kesal, dia perlahan bergerak makin menepi di pinggiran pembatas jalan tersebut. Namun Allan malah mengeluarkan cassava chips dari dalam tasnya, kemudian dia memakan cassava chips sambil menatap ke arah Cassie

“Hiiiii serem amat sih Cass. Tapi kamu kalau terjun dari atas Fly over sini mah gak bakalan mati. Palingan juga cacat doank. Jadi, bisa dipastikan kalau kamu bakalan makin nyusahin,” ujar Chloe sambil memutar-mutar rambutnya dengan jari tangannya.

“Tau Cass. Kalau mau mati tuh mending kamu terjun dari atas sono noh!” tunjuk Amanda pada tower salah satu produsen rokok ternama di Indonesia yang berada tak jauh dari fly over ini. Mereka itu bukannya mencegah supaya Cassie tidak bunuh diri tapi malah memberi saran yang aneh-aneh,ckckck.

“Lagian nih Cass. Kalau kamu mati sekarang kira-kira bakalan masuk kemana yah?” sambung Chloe. “Masuk neraka aja belum tentu di terima, apalagi masuk surga. Pasti baru nyium bau kamu aja, malaikat penjaga pintu surga bakalan bilang gini. Ehem, pergi kau lesbian. Dasar kau lesbian jelek,” canda Chloe sambil terkekeh. Allan, Amanda, bahkan Cassie pun tertawa. Hanya aku yang sampai saat ini masih cemas.

“Sialan lo!” sahut Casssie sambil tersenyum, tapi selanjutnya dia kembali murung.

Amanda mendekat ke arah Cassie, “Cass. Aku tahu kalau kita itu jarang akur. Kita itu selalu berantem mulut. Tapi, itu tanda kalau kita itu saling menyayangi,” kata Amanda. “ Yah, Walaupun terkadang mulut kamu itu kayak kripik mak icih level 20. Pedesnya bikin mulut serasa kebakar. Tapi aku gak mau kalau kamu mati dengan cara kayak gini. Gak berkualitas banget tau nggak,” Ujarnya mencoba menahan Cassie. “Besokkan aku juga ultah Cass. Aku ada rencana buat jadiin kamu DJ di acara ultahku. Kalau kamu mati siapa yang bakalan jadi DJ? Masa hantu kamu? Hhiiiii serem deh,” katanya sambil memasang ekspresi ketakutan versi lebay. “Jadi mending kamu gak usah bunuh diri deh!” lanjut Amanda.

“Bener tuh Cass. Aku gak bisa bayangin deh kalau sekarang kamu terjun ke bawah, pasti besok bakalan ada berita gini. Seorang lesbian bermuka jelek mati bunuh diri karena terjun dari atas fly over, dengan bagian tetek menyentuh tanah terlebih dahulu di ikuti mukanya. Eewwww aku aja udah merinding bayanginnya Cass,hahaha” tawa Chloe pecah bersamaan dengan yang lainnya.

“Kalian itu emang babik yah. Kalian gak bisa drama apa kek biar gue gak jadi bunuh diri gitu. Ini mah malah ngehina gue, nyuruh gue cari tempat yang tepat lah. Dasar sahabat sialan,” kata Cassie sambil terkekeh.

“Amanda tuh jago drama. Aku mah sorry-sorry jack deh,” ujar Chloe.  “Lagian buat apa kita nahan-nahan kamu bunuh diri? Toh kalau kamu mati, stok orang jelek di dunia ini berkurang. Jadi terserah kamu, mau ngurangin stok orang jelek atau mau hidup tapi terus mempercantik dirimu,” lanjutnya sambil terkekeh.

“Chloe, mulut lo mau gue sumpel tetek apa? Ngomong mulu lo. Bau tau nggak,” Jawab Cassie kesal. Sepertiya Cassie benar-benar sedang kacau sekarang.

“Cass. Memangnya apasih penyebab kamu sampai mau bunuh diri?” tanyaku ingin mengetahui alasan Cassie bunuh diri.

“Gue muak Dave, sama semua ini. Nenek gue udah tau kalo gue sama Elaine itu ada hubungan. Makanya dia nyetop semua uang jajan gue. Tiap hari dia ngundang biarawati buat ngobatin gue dengan cara konsultasi. Terus tiap hari gue disuruh baca alkitab. Pokoknya gue kayak pendosa banget deh. Jadi gue mending pergi dari rumah dan kerja jadi go go girl. Tapi karena kemaren gue dikeluarin terus gue lontang lantung, mendingan gue mati aja,” jawabnya kesal, lalu dia kembali murung.

“Kenapa kamu gak cerita sama kita?” tanyaku sekali lagi.

“Gue gak mau ngerepotin kalian,” jawabnya.

“Haddduuhh itu alasan tahun berapa sih Cass? Udah classic banget tau nggak. Lagian, bukannya emang kamu itu suka nyusahin kita kan?” sergah Chloe cepat sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahnya.

“Tau, sok-sokan nggak pengen nyusahin kita. Kita itu sahabat, sahabat itu saling berbagi baik dalam suka maupun duka. Yah, walaupun aku masih milih-milih dulu tingkat ke-dukaannya. Kalo menyusahkan banget lebih baik aku ngehindar deh,hehehe” sambung Amanda sambil terkekeh seperti tak punya dosa.

“Lo mah emang pengecut Nda,” sahut Cassie cepat. “Dan lo tau nggak Dave, cuman lo doank yang kayaknya ngga pengen gue bunuh diri. Kalo mereka mah kayaknya pada seneng banget kalo gue mati,” lanjutnya sambil menatap kesal ke arah Chloe dan Amanda.

“Iya donk. Kalau kamu mati kan nanti kita bisa makan-makan gratis. Terus kita bakalan ngadain syukuran,ahaha,” ujar Chloe sambil cekikikan, Allan pun malah ikut tertawa.

“Iya. Aku malah pengen jorokin kamu sekarang. Tapi katanya membunuh itu dosa kan? Jadi lebih baik nunggu kamu bunuh diri aja. Kapan lagi kan bisa lihat kamu bunuh diri,”sambung Amanda makin membuat suasana riuh.

“Lho, kamu ngapain Lan? Kok malah bengong lihatin kita?” tanya Chloe ketika melihat Allan berdiri sambil terus memakan potato chips miliknya.

“Kan gue lagi nonton orang mau bunuh diri. Jadi lebih baik gue lihatin aja sambil makan. Kan lebih seru, berasa kayak nonton bioskop,” jawab Allan enteng. Chloe langsung tertawa lepas, begitu juga dengan yang lainnya. Dasar, Allan ini sama gilanya dengan Chloe ternyata.

“Coba, kita tadi mampir beli pop corn, sama nachos. Terus minumnya cola. Pasti kita udah kayak lagi nonton di Blitzmegaplex tau nggak,hahaha,” sambung Chloe makin meriuhkan suasana. Namun mereka kembali terdiam ketika aku menatap kesal ke arah mereka. 

Tak lama kemudian sebuah mobil menghampiri kami. Sesosok wanita berambut panjang keluar dari mobil tersebut. Ternyata itu adalah Elaine. Wajahnya terlihat sembab, mungkin dia habis menangis. “Oke. Kamu nggak usah peduliin kita kalo gitu. Coba kamu lihat Elaine!” perintahku, dia langsung melihat ke arah Elaine yang masih memandangnya tak percaya, “Dia adalah orang yang benar-benar mencintaimu. Kamu yakin mau meninggalkannya? Kamu yakin ingin menyia-nyiakan cintanya buatmu? Apa kamu tega melihatnya terus bersedih? Apa kamu tega Cass?” tanyaku tegas. Cassie langsung menggelengkan kepalanya cepat. Terlihat kalau dia hampir menitihkan air matanya. Air mata adalah hal yang paling dia benci selama ini. Tapi, sepertinya dia akan menangis.

“Kamu yakin Cass mau ninggalin aku? Aku cinta sama kamu Cass. Persetan dengan semuanya. Love Is love. No matter what they say. Coz, I’ll always love you,” ujar Elaine sambil menitihkan Air mata. Tubuhnya sedikit bergetar menahan tangisnya. Aku bisa merasakan kalau cinta mereka itu tulus. Yah, cinta yang saling melengkapi.

“Guys, this is so Muslimah  moment. Lihat tuh, Cassie aja sampe mau nangis!” tunjuk Chloe pada Cassie dengan wajah tak percaya.

“Muslimah?” tanya Allan bingung.

“Itu lho, sinetron yang episodenya itu panjang banget. Lebih panjang dari episode sinetron Tendangan si Pecun,” jawab Chloe.

Tendangan si Madun, keles,” sergah Amanda cepat.

“Whatever,” serunya sambil mengibas-ngibaskan tangan di wajahnya dan memasang tampang tak peduli.

Amanda, hanya menatap Chloe kesal. Kemudian dia mengalihkan pandangannya kearah Cassie yang sedang menangis. “Iyah. Kamu bisa nangis juga ternyata Cass?” sambung Amanda tak kalah terkejut. “Aku kira air matamu udah kamu jual,” lanjutnya masih dengan tatapan tak percaya.

“Di gadaiin kali Nda, bukan dijual,” sahut Chloe cepat. Aku memberi syarat pada Allan agar dia menarik Cassie. Allan pun menurut, dia membuang bungkus potato chipsnya, lalu maju ke arah Cassie, kemudian dia menarik tubuh Cassie yang mulai melemah karena menangis. Allan  membantunya untuk melompati batas jalan. Kemudian setelah Cassie sudah berdiri di jalan yang sama dengan kami pijak, Elaine maju ke arah Cassie dan selanjutnya  mereka berpelukan. “Guys, akhirnya si tears haters nangis juga. Kirain air matanya udah hilang di gondol nyi pelet,haha” kata Chloe.

Lalu mereka berciuman, “Eeeewww, get a room girls!” seru Amanda cepat, sambil menatap mereka dengan tatapan mengejek.

“Kenapa? Lo iri?” sahut Cassie sambil menatap ke arah Amanda begitu ciuman mereka terlepas.

“Iiihhh siapa juga yang iri. Apa yang musti di iriin sama kalian?” sahut Amanda cepat sambil menatap Cassie dengan tatapan mengejek.

“Lo iri karena nggak ada yang bisa lo cium sekarang. Sono gih cium tembok aja!hahaha,” ujar Cassie sambil tertawa. Diikuti dengan yang lainnya. Aku pun ikut terkekeh.

“Tuh kan. Kamu tuh emang ngeselin. Tadi aja aku jorokin kamu ke bawah,” sahut Amanda dengan raut wajah kesal. Membuat kami semua tertawa.

“Yaudah yok kita pulang! Udah pagi nih. Besok kan harus sekolah,” ajak Allan.

“Wait..wait!”  sergah Chloe, “Sejak kapan kamu peduli sama sekolah? Bukannya kamu pindah kesini juga karena dikeluarin gara-gara kamu suka bolos yah?” lanjut Chloe cepat. “Owh, pasti otak kamu udah dicuci sama Dave? Makanya kamu jadi ikut-ikutan ngomongin sekolah mulu,” lanjutnya sambil menatap curiga ke arah Allan. kemudian dia mengalihkan pandangan ke arahku dengan tatapan tajam. Aku pun hanya bisa memalingkan wajah, menghindari tatapannya yang menyeramkan itu.

“What did you say Chloe love?” sahut Allan cepat sambil tersenyum. “Yaudah ayo kita pulang!” ajaknya sambil menggandeng tanganku, lalu berbalik meninggalkan mereka.

“Iya, terus aja. Anggep aja kita semua ngontrak di dunia ini,” Kata Amanda kesal. “Kalian itu serasa dunia milik berdua tau nggak,” lanjut Amanda melihat tingkah Allan menggandeng tanganku. Chloe yang berdiri disamping Amanda langsung mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Owh jadi Dave pacar lo sekarang Lan?” tanya Cassie pada Allan.

Allan membalikkan badannya menghadap ke mereka, “Belum. Tapi gue bakalan wujudin itu,” kata Allan, lalu dia mengalihkan pandangannya ke arahku kemudian tersenyum lebar. Yah, senyuman itu selalu sukses membuatku kagum.

Aku menengok ke arah mereka yang berjalan di belakang kami, “Apaan sih kalian,” ucapku kesal, namun mereka malah terkekeh.  “Oh ya, kamu ikut Elaine kan Cass?” kataku mengalihkan pembicaraan.

“Iyah,” jawab Cassie singkat.

“Yaudah. Besok jangan lupa masuk, kamu udah absen hampir satu minggu lho. Bisa-bisa kamu di skors lagi,” kataku, Allan malah makin menggenggam tanganku erat. Tangannya terasa begitu hangat dan memberiku kesan nyaman.

“Iya..iya. gue ngerti Dave. Yaudah kita pulang!” katanya. Lalu kami memasuki mobil kami masing-masing. Aku, Allan, Amanda dan Chloe masuk mobil Chloe. Sementara Cassie dan Elaine masuk ke dalam mobil Elaine. Selanjutnya kami pulang ke rumah masing-masing.

___

 “Pokoknya nanti kalian harus dandan yang cantik dan juga tampan buat acara nanti malam. Sista gak mau kalau kalian kelihatan jelek di acara ulang tahun sista,” Oceh Amanda pada Lexi dan Verrel yang saat ini sedang memilih baju untuk dikenakan nanti malam pada acara ulang tahun Amanda.

“Mana mungkin kita bakalan kelihatan jelek. Kita itu gak dandan aja udah cakep. Emangnya sista, mau dandan kayak apapun tetep aja jelek,” ujar Verrel sambil memilih jas yang akan dia kenakan.

“Shut up, Verrel! Sista itu cantik, jadi mau dilihat dari segi manapun tetep aja cantik,” protes Amanda sambil menatap Verrel tajam.

“Iya, dilihat dari lobang hidung yang ketutupan upil,” sahut Verrel cepat, lalu dia menghindar ketika Amanda melempar gantungan baju ke arahnya.

“Dasar keponakan kurang ajar,” gerutu Amanda kesal. Verrel tersenyum penuh kemenangan kepada Amanda. Aku hanya bisa geleng-geleng , melihat tingkah mereka.

“Stop it! Both of you!” seru Lexi kencang. “Kalian itu berisik tau nggak,” lanjutnya. Kemudian dia mengalihkan pandangannya ke arahku, “Uncle, yang ini bagus gak?” tanyanya sambil menunjukan gaun berwarna putih kepadaku.

“Bagus,” jawabku singkat.

“Oke, aku pilih yang ini aja,” katanya, lalu dia memberikan baju yang dia pilih kepada shop keeper yang berdiri di sebelahnya. “Nanti malam aku bakalan dandan ala Elsa terus bakalan nyanyi juga,” lanjutnya antusias.

“Oh ya? Memangnya nanti malam kamu bakalan nyanyi lagu apa?” tanyaku ingin tahu.

Namun belum sempat dia menjawab pertanyaanku, dia malah berteriak, “Uncle Allan,” serunya antusias, kemudian dia langsung berlari ke arah Allan yang ternyata sudah berada di belakangku. Aku masih belum tahu kenapa Allan bisa ada disini, padahalkan harusnya dia ada latihan sama Club Basketnya.

“Kok kamu bisa ada disini Lan?” tanyaku bingung. Dia mengangkat tubuh Lexi, kemudian mencium pipinya. Dasar Allan genit.

“Aku tadi BBM dia,” ujar Lexi senang. What? BBM? Darimana dia tahu pin Allan? Aku aja sampai sekarang nggak tahu berapa pin Allan. Sepertinya mereka memang lebih akrab dari yang aku kira.

“Iyah, tadi Lexi bilang kalau kamu lagi ada disini. Dia minta aku datang kesini juga. Kebetulan aku gak jadi latihan. Jadi, aku mutusin buat kesini aja,” jawab Allan. Lalu tiba-tiba Lexi mencium pipinya. Allan menolehkan wajahnya ke arah Lexi yang saat ini sedang tersenyum lebar. “Thanks,” kata Allan. Pipi Lexi yag putih langsung merona. Dan sepertinya Lexi juga sudah mulai genit. Ck.

“Owh gitu,” jawabku singkat. Aku memalingkan pandanganku ke arah Verrel yang masih sibuk memilah-milah jasnya. “Gimana? Udah ketemu yang cocok?” tanyaku. Dia mengangguk, lalu memberikan jas  yang dia pilih ke Shop keeper.

“Done,” jawabnya singkat. “Uncle, nanti kita lanjut main game dota 2 yah? Aku belum puas kalau belum ngalahin uncle Allan,” katanya pada Allan. Allan mengangguk cepat. See? Sepertinya mereka berdua lebih akrab dari yang aku kira.

“Itu apa uncle?” tanya Lexi, menunjuk ke paper bag yang Allan bawa.

“Oh iya. Ini, buat kamu. Chloe yang beliin. Katanya nanti malam harus di pakai,” Kata Allan, dia menyerahkan paper bag yang dipegangya kepadaku. Aku pun meraihnya.

“Apaan ini?” tanyaku bingung.

“Gak tahu. Tapi kayaknya baju deh,” jawabnya.

“Wah kebetulan Dave. Kamu kan belum beli baju buat acara nanti malam,” sergah Amanda. “Jadi, kamu nggak usah repot-repot lagi deh milih baju,” lanjutnya sambil tersenyum sumringah. “Yaudah. Ayo kita pulang!” ajak Amanda. Namun dia berjalan menuju cashier terlebih dahulu untuk membayar baju Verrel dan Lexi. Setelah selesai kami berjalan keluar butik tersebut.

“Uncle, nanti malem aku bakalan dandan ala Elsa donk. Nanti aku bakalan nyanyi juga,” oceh Lexi yang saat ini masih di gendongan Allan. Aku, Amanda dan juga Verrel berjalan di belakang mereka.

“Oh ya? Kamu mau nyanyi apa emangnya?” tanya Allan antusias.

“Ehem..ehem,” Lexi berdeham, “Let it go..let it go. Can’t hold it back anymore. Let it go…let it go. Turn away and slam the door. I d

“Stop it Lex. Your voice bothering me so much!” sergah Verrel.

“No,” jawab Lexi cepat. “My voice is beautiful,” serunya mantap.

“Beautiful in a bad way,” sahut Verrel sambil menatap Lexi dengan tatapan mengejek.

“Halah, bilang aja kamu sirik. Ya nggak Lex?” sergah Amanda. Lexi langsung menganggukkan kepalanya.

“Sirik? Sama suara kalian? Oh hell to the no. Kayak suara kalian bagus aja,” gerutu Verrel.

“Bagus donk. Buktinya, sista suka jadi kadidat dari sekolah buat lomba nyanyi,” perkataan Amanda langsung membungkam mulut Verrel. Dia tidak bisa mengelak kalau memang Amanda memiliki suara yang bagus. Amanda dan Lexi langsung tersenyum penuh kemenangan melihat wajah Verrel yang kesal.

“Kamu udah makan?” tanyaku pada Allan, yang membuat mereka semua menatapku. “Kenapa kalian ngelihatinnya gitu? Emang ada yang aneh yah?” tanyaku heran.

“Nggak kok. Enggak,” sahut Amanda cepat. Tapi Lexi dan Verrel malah cekikikan gak jelas.

“Belum. Aku mau makan kalau kamu suapin,” goda Allan manja. Aku langsung memutar bola mataku. Dasar Allan ini, seneng banget mojokin aku.

“See? Kalian itu cocok kalau pacaran. Sana gih jadian!” seru Verrel yang berjalan di depan kami.

“Iyah. Kapan kalian bakalan nikah? Aku gak sabar pengen jadi penabur bunga,” sambung Lexi tak kalah antusias.

“Kalian ngaco,” seruku cepat, namun Alan malah tersenyum mendengar omonganku barusan.

“Yaudah. Lexi, Verrel, kita pulang dulu yuk! Kan kita masih harus mempersiapkan buat acara nanti malam,” ujar Amanda. Lexi langsung berusut dari gendongan Allan.

“Iyah, kita kan mau ngehias kue,” sambung Verrel. “Dan kayaknya uncle Allan masih ada urusan yah sama uncle Dave. Jadi, lebih baik kita pamit dulu yah,” lanjutnya sambil tersenyum penuh arti kepadaku. Sepertinya mereka sekongkol ingin membiarkanku berduaan.

“Terus siapa yang mau bawa mobilnya?” tanyaku pada mereka.

“Lho, kan aku udah bisa bawa mobil sekarang,” kata Amanda percaya diri.

“Remotenya?” tanyaku sekali lagi. Dia merogoh ke dalam tasnya, kemudian menunjukkan remote mobilku yang ternyata ada pa dirinya. “Lho, kok bisa ada di kamu?” tanyaku bingung.

“Kamu lupa yah kalau tadi kamu nitipin ke aku pas mau ke toilet?” oh iya, aku lupa. Sepertinya rencana mereka kali ini akan berjalan mulus.

“Yaudah, ayo sista kita pulang!” pinta Lexi sambil menarik-narik ujung rok Amanda.

“Oke. Yaudah deh, have fun yah,” ujar Amanda sambil tersenyum penuh arti. Ku lihat Lexi dan Verrel pun menatapku dengan tatapan kemenangan. Yah, mereka sukses menyudutkanku saat ini. Mereka berjalan menjauh dari tempatku berdiri hingga mereka berbelok dan tak terlihat lagi.

“Mereka itu pengertian banget yah. Tau aja kalau kita mau pacaran,” ujar Allan sambil tersenyum. Aku hanya memberikannya tatapan aneh. “Kamu itu lucu kalo lagi kayak gini,” serunya sambil mencubit kedua pipiku.

“Allan.” Seruku kesal, dia pun melepaskan cubitannya dari pipiku. Kemudian tersenyum lebar.

“Aku cinta sama kamu,” ujarnya. Kata-kata yang entah sudah berapa kali keluar dari mulutnya. Tapi entah kenapa aku masih bingung dan belum bisa menjawabnya.

“I know,” ucapku, lalu aku melangkahkan kakiku maju. Dia mengikutiku dari belakang. Begitu dia berdiri di sampingku dia langsung menggenggam tangaku.

“Terus, kenapa masih belum jawab?” tanyanya padaku. Aku memandang ke arahnya. Sepertinya dia sudah terlalu lama menunggu. Tapi, aku juga masih belum yakin kalau nantinya aku akan bisa mencintai Allan. Walaupun perasaan itu sudah mulai timbul di dalam hatiku. Karena aku merasa nyaman bila berada di dekatnya.

“Gak tau. Aku masih butuh waktu,” jawabku sambil menghela nafas. Sebenarnya aku juga kasihan dengan Allan. Tapi aku juga tidak mau hubungan ini didasari atas rasa kasihan.

“Yaudah, aku bakalan terus nunggu kamu sampai kamu bilang cinta juga sama aku,” ujarnya sambil tersenyum langsam ke arahku. Aku tahu, dibalik senyumannya dia menyimpan kekecewaan. Hanya saja dia tidak mau aku mengetahuinya. “Kita ke rumahku aja yuk! Kita temenin Vindra,” ajakanya. Aku langsung mengangguk cepat. Dia menggandeng tangaku keluar dari mall ini.

___

Sudah 100 tahun berlalu, ketika pangeran tersebut datang ke semak belukar yang memagari istana, yang dilihatnya hanyalah tanaman-tanaman yang indah yang mudah dilalui. Tanaman tersebut menutup kembali dengan rapat ketika pangeran itu lewat. Tibalah pangeran berada di depan istana, ia melihat ternak, hewan-hewan tertidur dengan pulas.” Aku membuka halaman selanjutnya dari buku cerita yang aku bacakan untuk Chris.

Ia masuk ke dalam istana, semuanya begitu sunyi sehingga ia bisa mendengar detak jantungnya sendiri.” Dongengku berhenti karena aku risih Allan terus menatapku seperti itu. Aku mengalihkan pandangan ke arahnya. Dia tersenyum lebar. “Kenapa?” tanyaku bingung, karena sedari tadi dia terus menatapku seperti itu.

“Gak apa-apa,” ujarnya. Lalu dia tersenyum kepadaku. Kenapa sih dia terus tersenyum seperti itu kepadaku? Tidak sadarkah dia kalau senyumnya itu sangat indah. Dan itu membuatku semakin merasa bersalah karena belum bisa menerima cintanya. “Yasudah lanjutkan!” printahnya. Aku pu menurut. Aku kembali membaca kelanjutan dongeng tersebut.
“Ia melihat menara tua dan ia memutuskan untuk masuk ke sana. Menaiki banyak tangga dan menemukan sebuah pintu, kemudian ia masuk. Ia menemukan seorang putri cantik tergeletak dan matanya tetap terpanah dengan kecantikan sang putri. Lalu sang Pangeran berlutut dan mencium sang Putri. Saat itulah sang putri membuka matanya dan terbangun, tersenyum kepada sang Pangeran karena kutukan sang peri telah patah,” lanjutku, lalu menutup buku cerita yang selesai aku baca.

Aku mengalihkan pandanganku ke arah Allan. “Vindra beruntung punya sahabat kayak kamu,” ucapnya. Dia merebahkan tubuhnya disamping Chris. Hal itu membuat mereka benar-benar terlihat begitu mirip. Hanya saja kondisi Chris saat ini yang kurang sehat. Dia menatap ke arah Chris, lalu memegang tangan Chris. “Ndra, kapan sih lo bangun? Bangun donk! Lo udah terlalu lama tidur. Katanya lo bakalan seneng kalo sahabat lo dateng? Ini gue bawain sahabat masa kecil lo. Tapi kenapa lo masih belum bangun juga,” ucap Allan. Aku bisa merasakan perasaan sedihnya. Dia sangat ingin melihat saudara kembarnya kembali pulih. Tubuh Allan bergetar bersamaan dengan tangis yang pecah. Dia menangis sambil memeluk tubuh Chris. Aku langsung berjalang ke arahnya dan menenangkannya.

Aku menepuk-nepuk punggungnya, “Sabar Lan. Sabar!” perintahku. Allan melepaskan pelukannya pada Chris, lalu dia dia bangun dan mengalihkan posisi tubuhnya menghadapku. Aku mengusap air mata yang jatuh di pipinya. “Semua akan indah pada waktunya,” lanjutku. Dia mengangguk kemudian langsung memeluk tubuhku. Di saat itu aku merasakan begitu besar rasa sayangnya pada Chris. Allan memang sosok yang sangat baik.

“Aku cengeng yah?” tanyanya begitu pelukan kami terlepas. Dia mengusap sisa air mata yang membasahi pipinya.

“Gak kok. Semua orang juga kan boleh menangis. Karena itu menandakan kalau manusia itu masih punya perasaan,” ucapku tersenyum ke arahnya.

“Makasih Dave,” ucapnya. “Oh ya, udah mau malem nih. Acara ultah Amanda jam berapa sih mulainya?”

“Jam delapanan kayaknya,” ucapku sambil meletakan buku yang tadi aku pegang ke rak buku disamping tempat tidur Chris.

“Yaudah ayo kita mandi!” ajaknya sambil tersenyum nakal ke arahku.

“Kamu mandi duluan sana!” perintahku, “Biar nanti aku mandi di kamar mandi sini aja,” lanjutku. Dia pun mengangguk lalu beranjak dari tempat tidur. Namun sebelum pergi dia mendekat ke arahku lalu mencium pipiku. Selanjutnya dia pergi meninggalkanku dengan senyum penuh kemenangan. Dasar Allan genit.

***

Aku membuka kotak yang di berikan oleh Chloe. Ternyata itu berisi pakaian yang harus ku kenakan malam ini. Isinya  itu adalah setelan baju. Yaitu celana Jeans, iner shirt kotak-kotak, dasi kupu-kupu bergaris hitam putih, dan vest berwarna light gray, serta blazzer berwana senada dengan bagian leher berbulu. Pilihan Chloe memang selalu bagus dan berkelas. Aku melihat brand dari Blazzer tersebut, ternyata ini adalah brand Ralph Lauren. Celananya itu keluaran Levi’s, dan vestnya itu milik G-Star. Aku sampai geleng-geleng sendiri. Kira-kira dia menghabiskan uang berapa banyak untuk membelikan semua ini. Chloe memang selalu perhatian denganku.

Aku memperhatikan Chris yang masih terdiam dan tak bergeming. Yang terdengar dari ruangan ini hanya bunyi cardiografi. Aku menghela nafas sebentar. Sepertinya luka yang di derita Chris memang sangat parah. Buktinya sudah hampir tiga tahun dia tergeletak tak sadarkan diri dari komanya. Aku pun bangkit. Aku ingin mandi di kamar mandi yang ada di dalam kamar ini. Karena kalau aku mandi di kamar Allan dia akan terus menjahiliku.

Setelah selesai mandi dan mengeringkan tubuhku, kemudian aku langsung mengenakan baju yang diberikan oleh Chloe. Dan ketika semuanya terpakai, aku merapikan rambutku di depan kaca. Kamar ini sebenarnya terlihat seperti kamar biasa. Hanya plus peralatan medis saja. Allan mengijinkanku untuk memakai semua perlengkapan milik Chris. Karena dia yakin Chris tidak akan pernah marah. Oleh karena itu, aku berani memakai minyak rambut dan sisir miliknya.

Aku berjalan ke arah Chris. Dia masih saja diam. Ku lirik jam tanganku sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Namun Allan masih belum juga menemuiku. Mungkin dia masih sibuk berdandan. Aku pun memutuskan untuk duduk di kursi yang berada di tepian tempat tidur Chris. Tak sengaja kakiku menendang rak buku miliknya, hingga buku sleeping beauty yang aku bacakan untuknya terjatuh. Tapi entah itu kebetulan atau tidak, buku itu terbuka di halaman yang terdapat gambar sang pangeran yang mencium Aurora. Untuk sejenak aku berpikir, apakah ciuman yang bisa membangunkan Aurora dari tidurnya juga bisa membangunkan Chris dari komanya? Aahhh, mungkin aku sudah gila. Aku memungut buku yang terjatuh tadi dan mengembalikannya ke dalam rak buku. Tapi sepertinya bayangan dari gambar tersebut terus tergiang di fikiranku, bersamaan dengan kemungkinan-kemungkinan yang menurutku gila. Apakah bisa ciumanku membangunkan Chris?

Rasa itu terus bergejolak dalam jiwaku, hingga akhirnya aku nekat. Aku mendekatkan wajahku ke wajah Chris. Wajahnya terlihat pucat. Bibirnya pun kering. Mungkin ini salah satu efek dari koma yang dia derita. Perlahan aku mendekatkan bibirku ke bibirnya, hingga akhirnya bibir kami bertaut. Untuk sepersekian detik aku bisamerasakan kekeringan bibir Chris yang menyentuh bibirku, sampai akhirnya aku melepaskan ciuman kami. Ku lihat ke arah Chris sejenak. Aku terus memperhatikannya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Namun tidak ada reaksi apapun. Tubuhnya terus mematung tak bergerak. Ahhh aku ini terlalu bodoh. Mana mungkin cerita dongeng bisa berlaku di dunia nyata. Benar benar memalukan.

Tok…tok..tok. ketukan pintu itu membuyarkanku dari lamunanku tentang dongeng tersebut. Ternyata itu Allan, karena sekarang dia telah masuk dan sedang berjalan ke arahku. Aku melihat ke arahnya yang tampak lebih tampan dari biasanya. Dan ada hal yang lebih membuatku terkaget. Ternyata dia mengenakan baju yang sama denganku. Hanya saja berbeda warna. Aku warna gray, sedangkan dia berwarna hitam. Jadi Chloe sengaja membelikan kami baju yang modelnya sama.

“Waahh baju kita sama ternyata. Cuman beda warna aja. Chloe memang kembaran paling baik deh,” ucapnya sambil tersenyum sumringah. “Dia pengen ngelihat kalau kita ini bener-bener kelihatan kayak couple. Aku harus berterima kasih sama dia nih,” lanjutnya. Aku maju ke arahnya, lalu membenarkan posisi dasinya yang miring. “Thanks,” ucapnya begitu aku telah selesai membenarkan posisi dasinya. Aku hanya menganggukkan kepalaku. “Oke, kita berangkat sekarang!” ajaknya. Kemudian dia menyikukan sikunya ke arahku. Tanpa berfikir dua kali, aku langsung memasukkan tanganku ke lubang yang dibentuk oleh sikunya. Dan kita berjalan keluar dari kamar Chris.

Ternyata sudah ada Chloe dan kekasihnya Arin yang sedang bersiap-siap berangkat di ruang tamu. Dan ada juga mama dan papa Allan disitu. “Oh my…,” seru Chloe tak percaya ketika melihat kami. “You look so good. Kalian itu serasi banget tau nggak. Nggak sia-sia aku pesenin baju couple itu buat kalian,hehehe” lanjutnya. Dia membenarkan posisi gaunnya yang sedikit naik.

“How cute,” ujar tante Sherly sambil mencubit pipiku dan Allan bergantian dengan ekspresi seperti orang gemas.

“Mama. Udah berapa kali aku bilang, jangan cubit pipiku! Memangnya aku anak kecil apa?” gerutu Allan kesal. Wajahnya benar-benar terlihat menggemaskan kalau seperti ini. Membuatku ingin ikut mencubitnya.

“What? Kamu tadi manggil mama?” ucap tante Sherly, dia mengibaskan rambut panjangnya ke belakang. “Mulai sekarang kalian harus panggil mama itu umi. Inget yah, umi,” ucapnya mantap. Aku langsung ingin tertawa mendengarnya.

“What? Umi?” tanya Chloe tak percaya. Dia menatap tante Sherly dengan dengan tatapan tak percaya. Ku lihat Arin menahan tawanya. Sama sepertiku sekarang.

“Umi? Why?” sambung Allan.

“Iyah. Jadi kemarin pas kita ngunjungin anak perusahaan kita yang di Dubai, disana itu anak-anaknya pada manggil papa dan mamanya itu umi sama abi. Mama pengen dipanggil gitu juga. Kayaknya lucu deh, yakan pa?” tanya Sherly pada Om Lans yang berdiri disampingnya dengan menyikut tubuhnya.

“Oh.. i..iya,” seru Om Lans cepat. Lalu dia kembali fokus pada ipad yang dipegangnya.

“Nah, jadi mulai sekarang kalian manggil mama itu umi. Terus kalian panggil papa itu abi. Oke?” tanya tante Sherly. Ku lihat Allan dan Chloe masih menatap tante Sherly tak percaya. Bahkan mereka terkesan sedang mendengar lelucon.

“C’mon mom. Mama lagi gak bercanda kan?” ujar Chloe, dia melipat kedua tangannya di depan dadanya. “Dimana-mana yang di panggil umi itu berjilbab. Udah gitu kalem. Gak pecicilan kayak mama,” tutur Chloe.

“Tau. Mama itu kalo di panggil umi bakalan mirip kayak umi enok di film apa tuh?” tanya Allan.

“Tukang bubur naik banci,” sergah Chloe cepat.

“Naik haji,” koreksi Arin.

“Yah itulah. Whatever,” jawab Chloe tak peduli. “Jadi gak usah aneh-aneh deh,” lanjutnya.

“Heee, enak aja ngatain umi kayak umi enok. Pokoknya mulai detik ini kalian harus manggil mama dengan sebutan umi. Terus manggil papa itu abi. Okay?” perintah tante Sherly. Chloe dan Allan langsung memutar bola mata mereka dan menatap tante Sherly malas.

“Yaudah yok kita berangkat. Gak usah lagi kita dengerin ocehan si umi enok lagi,” ajak Allan. Dia menggandeng tanganku dan berjalan menjauh.

“Dah umi, dah abi,” kata Chloe malas. Lalu dia berjalan di belakang kami. “Allan. Kamu mau bareng kita atau berangkat sendiri?” tanya Chloe.

“Berangkat sendiri aja ah. Pengen berduaan soalnya,hehehe,” jawabnya seenaknya.

“Yaudah kalau gitu. Kamu pakai mobilku aja! Soalnya aku berangkat pakai mobil Arin.” Perintah Chloe. Dia berjalan mendahului kami menuju mobil Arin yang terparkir di samping mobil Chloe.

“What? Mobilmu yang warnanya pink-pink i loph you gitu? No way!” ucap Allan tegas. “Mending aku pakai mobil yang lain aja,” lanjutnya.

“Yasudah. Terserah kamu aja,” kata Chloe. Lalu mereka berdua memasuki mobil Arin.

Allan menarik tanganku menuju mobil yang terparkir disamping mobil Arin tadi. Dia membukakan pintu untukku lalu mempersilahkan aku masuk bak seorang putri raja. Karena dia membungkukkan badannya dengan tangan kiri menyentuh dada dan tangan kanan mempersilahkan aku masuk. Aku hanya menggelengkan kepalaku melihat perlakuannya kepadaku. Setelah aku masuk dia langsung menutup pintu mobilku dan berpindah kesisi kanan mobil ini kemudian masuk ke dalamnya.

“Siap tuan putra?” katanya sambil memainkan matanya ke arahku. Aku hanya menganggukkan kepalaku. Selanjutnya mobil ini terus melaju menuju tempat ulang tahun Amanda.

___

Begitu kami turun dari mobil Allan langsung berdiri disampingku. Dia langsung menarik tanganku untuk digandengnya. “Rame banget sih,” ucapnya. suasana kali ini benar-benar ramai. aku sampai pusing dibuatnya, “Kamu gak apa-apa kan Dave?” tanyanya menyadari kediamanku. Aku langsung menggeleng cepat.

“Ayok kita kesana!” tunjukku pada gerombolan sahabatku. Disana sudah ada Arin dan Chloe, Cassie dan Elaine di lantai DJ. Sementara Amanda terlihat sedang sibuk menyalami teman-teman yang datang. Tiba-tiba Lexi berlari ke arah kami.

“Uncle,” teriaknya. Allan langsung menundukkan badannya dan mengangkat tubuh Lexi. “You both are so gorgeous,” pujinya. Allan langsung menciun pipi Lexi. “Thank you,” ujar Lexi malu-malu.

“Your welcome,” kata Allan. Ku lihat Verrel berjalan ke arahku dengan tatapan tak percaya.

“Is that Ralph Lauren coats?” ujarnya sambil menunjuk ke arah blazzer yang aku pakai, aku mengangguk mantap. “Oh my, kapan kalian beli?” tanyanya antusias.

“Di kasih sama Chloe,” ujarku cepat.

“Owh, jadi dikasih sama dia. Pantesan aja berkelas,” katanya. “Yaudah, enjoy the party yah,” lanjutnya. “Lexi, ayo turun! Kita kan mau rehearsal untuk acara slow dance nanti,” ajak Verrel. Lexi langsung beringsut dari gendongan Allan.

“Oh iya. Nanti akan ada slow dance. Kalian harus ikut yah! Awas kalau enggak,” ancamnya pada kami.

“Ok,” ujar Allan sambil memainkan matanya ke arah Lexi. Lalu mereka berdua meninggalkan kami.

“Kalian udah datang ternyata,” ujar Amanda yang tiba-tiba telah berdiri disampingku. Dia langsung memelukku dan mencium pipiku. “Baju kalian sama yah? Holy mother theressa. Kalian itu cute banget tau nggak. Jadi sayang banget kalau kalian gak jadian,”ujarnya pada kami.

“Apaan sih kamu,” kataku cepat, “Yaudah kita mau duduk dulu,” kataku. amanda menganggukkan kepalanya, aku langsung menarik tangan Allan dan berjalan menuju tempat duduk tak jauh dari Chloe dan Arin.

Ketika aku duduk tiba-tiba seorang laki-laki memelukku dari belakang, “Dave, kakak kangen kamu,” oh jadi ternyata itu kak Edgar. Aku tahu itu suaranya. Aku membalikkan badanku dan membalas pelukannya.

“Kapan kakak datang?” tanyaku begitu pelukkan kami terlepas.

“Barusan,” jawabnya. Lalu dia melihat ke arah Allan, “Oh jadi dia,”

“Oh iya. Ini Allan kak,” kataku mengenalkan mereka. “Allan, ini kak Edgar,” lanjutku. Lalu mereka berjabat tangan.

“Yaudah, kakak mau ketemu sama Amanda dulu yah,” katanya, lalu dia meninggalkan kami. Ku lirik ke arah Allan, dia terlihat sedang manyun.

“Kamu kenapa Lan?” tanyaku bingung.

“Aku gak suka kamu dipeluk-peluk sama orang lain,” ujarnya ketus.

Aku langsung mengerutkan dahiku, “Dia itu kakakku Lan. Masa kamu cemburu sih,” jawabku.

“Pokoknya aku gak suka aja. Mau dia kakakmu kek. Yang jelas aku gak suka kalau kamu dipeluk-peluk sama cowok lain,” ujarnya makin ketus.

“Yasudahlah terserah kamu,” jawabku malas. Untuk sekian menit kami tidak saling berbicara. Kami sibuk diam dengan fikiran kami masing-masing. Hingga akhirnya dia bangkit.

“Let’s go to the downstairs?!” ajaknya. Aku menggeleng cepat. Bukannya aku marah padanya. Hanya saja aku tidak bisa kalau harus menggoyang-goyangkan tubuhku. Kata Cassie tubuhku kalau goyang mirip kayak spongebob kerasukkan arwah Moaning Myrtle. Jadi lebih baik aku tidak usah ke downstairs.”Kenapa?” tanyanya curiga.

“Gak apa-apa. Aku malas aja,” jawabku singkat, lalu dia langsung pergi meninggalkanku. Aku terus mengamati dia yang sedang menggoyang-goyangkan tubuhnya bersama yang lainnya. Musik yang dimainkan Cassie dan Elaine saat ini adalah What does the fox says by Ilvys. Alunan musik menghentak ruangan ini. Membuat semuanya bergoyang. Aku mengambil french fries yang tersaji di depanku. Semua olahan kentang adalah favoritku. Aku memakkan satu persatu potongan kentang goreng tersebut. Ketika aku melihat ke arah downstairs ternyata Allan sedang berjoged dengan seorang wanita.

Apa ini cemburu? Tidak mungkin. Tapi kenapa aku merasa kesal melihat mereka berjoged bersama? Aahhh kenapa jadi seperti ini? Aku langsung membuang mukaku dan terus menikmati kentang goreng dengan perasaan kesal. Hingga musik berhenti dan Allan mendekatiku. “Gila capek banget abis on the floor,” katanya, lalu dia meraih lemon grass milikku.

“Itu punyaku Allan,” jawabku ketus. Dia menatapku dengan tatapan aneh.

“Kamu kenapa? Kok jadi jutek gitu?” tanyanya curiga. Aku menggeleng cepat.

“Gak apa-apa kok,” bohongku padanya. Dia mendekatkan kursinya ke arahku.

“Gak mungkin,” jawabnya cepat. “Kamu cemburu yah?” tanyanya sambil menatapku curiga. Aku menggeleng cepat. “Alah, kamu cemburu yakan? Udah gak usah bohong! Tuh di dahi kamu ada tulisannya,hehehe,”

“Oke. Aku gak suka kalau kamu terlalu dekat sama cewek,” kata-kata itu keluar  tiba-tiba dari mulutku tanpa kehendakku. Allan malah tersenyum bahagia mendengarnya. “Kamu kok malah senyum?” tanyaku heran.

“Itu yang aku rasain pas kamu deket sama cowok lain. Gak enak kan?” tanyanya, Aku hanya diam tak menanggapinya. Ketika aku hendak mengambil potongan terakhir kentang gorengku tiba tiba Allan mengambilnya terlebih dahulu.

“Allan, itu punyaku,” kataku tegas. Namun dia malah memasukan kentang goreng tersebut dan menjepitnya diantara bibirnya.

“Ambil kalau kamu mau!” perintahnya. Sepertinya dia mau main-main denganku. Baiklah, akan kubalas dia, karena telah berani mengambil makanan kesukaanku. Aku mendekatkan wajahku ke arah Allan lalu memasukkan ujung kentang goreng tersebut ke mulutku. Ketika bibir Allan maju ingin mencium bibirku aku langsung memotong kentang goreng tersebut dengan gigiku. Yeah, aku berhasil. Allan sekarang hanya dapat mencium udara. Aku terkekeh melihat ekspresinya yang kesal.

“Dave. Kenapa sih sampai sekarang kamu belum bisa menerima cintaku? Aku capek tahu digantungin terus,” ucapnya kesal. Yeah, mungkin ini saatnya aku menyambut cintanya. Karena aku juga sudah mulai merasa kalau aku mencintainya.

Perlahan aku menggenggam tangan Allan. Wajahnya yang tadi menampakkan raut kesal tiba-tiba terlihat terkejut. “Kamu ingin tahu perasaanku ke kamu sekarang?” tanyaku padanya. Allan menganggukkan kepalanya cepat. “I love you too,” jawabku. Allan langsung terdiam. Dia tidak menjawab perkataanku barusan. Wajahnya tampak tekejut. Aku meraih rahangnya dengan kedua tanganku, “I love you too,” ucapku sekali lagi sambil menatap wajahnya lekat. Kali ini dia langsung tersenyum lebar. Namun bukannya merespon kata-kataku dia malah menarikku untuk pergi.

“Kita mau kemana?” tanyaku bingung.

“Kita harus bilang ini ke Vindra,” ucapnya antusias. Aku menahan tarikan tangannya. “Kenapa?”

“Sebentar. Aku mau ngasih kado dulu untuk Amanda,” kataku sambil melepaskan gandengan tangannya dan berjalan ke arah Amanda. “Nda, ini hadiah buat kamu,” kataku sambil memberikan secarik kertas ke arahnya. “Hadiahnya terlalu besar, jadi gak bisa aku bawa. Kamu bisa ambil hadiah itu tepat jam 12 di alamat yang tertulis disitu. Ok nda?” tanyaku, Amanda masih terlihat kebingungan namun tangan Allan langsung meraih tanganku dan kami berjalan menjauh darinya.

“Taa..tapii..Dave…” ucapannya tak kudengar lagi karena aku sudah menjauh darinya.

Aku dan Allan langsung masuk ke dalam mobil. Setelah itu dia langsung melajukan mobil menuju rumahnya. Kita akan memberitahu Chris perihal hubungan kami. Aku tidak tahu kenapa Allan ingin memberitahu Chris. Mungkin dia ingin agar Chris tahu.

“Kamu langsung ke kamar Vindra aja yah! Aku mau beresin kamarku dulu,” perintahnya. Beresin kamar? Memangnya kita mau ngapain? Namun secepat kilat Allan langsung pergi menaiki tangga meninggalkanku.

Aku berjalan menuju kamar Chris. Namun sebelumnya aku mengambil air minum terlebih dahulu karena aku haus. Aku membawa gelas tersebut di tanganku dan berjalan menuju kamar Chris. Ku putar knop pintu kamar Chris dan mendorongnya ke dalam. Ketika aku melangkahkan kakiku masuk ke kamarnya tubuhku mendadak kaku. Apa yang kulihat saat ini membuatku begitu terkejut. Gelas yang tadi aku pegang pun sampai tejatuh dan pecah berkeping-keping.

“Kamu kenapa Dave?” tanya Allan yang ternyata sudah menyusulku ke kamar Chris. Dia melihat ke arah gelas yang hancur di dekat kakiku. Kemudian dia mengalihkan pandanganya ke arah Chris.

“Vindra?” kata Allan tak kalah terkejut. Saat ini Chris telah sadar. Dia sedang setengah duduk di tempat tidurnya. Bahkan sekarang dia memberikan senyumannya kepada kami. Aku dan Allan saling bertatapan.  “Akhirnya dia sadar Dave,” ucap Allan penuh kebahagiaan.

-Udah yah, To be continued dulu,hehehe-

Holaaaa..

Akhirnya update juga.hehehe. maap yah telat.hihihi.

Oh ya, aku mau marah. Aku marah karena aku baru tahu kalau ternyata ceritaku di post di salah satu fanpage facebook. Itu pun karena aku dikasih tau sama si Rendi. Kenapa gak ngasih tau aku? Aku kan jadi terharu ngelihat respon pembaca disana. Hadduuhhh aku sampe terharu lho,hahaha. Makasih yah udah Like and comment! Pokoknya kalau like and commentnya makin banyak aku bakalan update lebih cepat. Oke2?

 Oh ya, Hapeku hilang 😦 . Jadi kalau ada yang bbm kalian itu bukan aku yah.hehehe. Kalau ada yang mau beliin aku hape di tunggu lho,Hahahaha.

Thanks juga buat semua readers blog ini yang tak pernah bosan untuk baca dan komen. Gommawo yah. Jeongmal gommawoyo..hehehe.

Di tunggu komen-komen kalian yah!hehehe. Sorry for typo and everything. <~ yg ini udah basi padahal,hahaha.

Yours truly,

 

Onew Feuerriegel

122 komentar di “Floque – Perkamen 19

  1. Kan kan kan nyebelin dah eloooo ┐(‘o’ ┐) net , pasti dilema lage ni dave lead chris udah sadar , :|òóº°˚˚°ºõõ:O​​….. :|òóº°˚˚°ºõõ:O​​….. :|òóº°˚˚°ºõõ:O​​….. wäit jangan2 ini cuma sekenario dari chris aja biar dave jadian ma allan , or or or bla bla bla entahlah gw lanjut aja dah , salam jitak aja ya lok eloooo ┐(‘o’ ┐) gath ma mput ma rendi si Mr bitchie

  2. Wahhh langsng loncat d part ini.. Kerenn.. Gmn Nasib hubungan si Dave-allan, tuhh si Christ sadar..
    온유 감사합니다 🙂

Tinggalkan komentar