Floque – Perkamen 14


Logo Jubilee(resize)

 

Chapter Fourteen : Glorious Kiss

“Dave. Tunggu!!!” teriak Chris yang berlari di belakangku.

Aku menoleh ke belakang. Dia masih terus mengejarku, “Ayo Chris, cepetan! Kalau kita terlambat pasti nenekmu tidak aka membacakan kelanjutan ceritanya,” seruku sambil terus memacu langkahku. Hari ini kami berencana untuk mendengar kelanjutan kisah antara Edelweiss dan Dandelion.

“Iyah, tapi tunggu dulu!” perintahnya. Aku pun menurut dan menghentikan langkahku. Namun Chris masih berlari dan tidak melihat ke depan, matanya terus tertunduk. Dan ketika sudah di depanku barulah dia melihat ke arahku yang berdiri tepat satu langkah di depannya. Karena dia tidak bisa mengendalikan langkahnya, akhirnya dia malah menubrukku.

“Adduuhhhh,” pekikku dan dirinya bersamaan. Dia jatuh tepat di atasku. Aku bisa merasakan degupan jantungnya dan gerak dadanya yang naik turun memompa oksigen. Aku juga bisa mendengar kalau nafasnya sedikit tersengal, dan berhembus di telingaku. Karena memang kepalanya berada di samping kepalaku. Lama kita dalam posisi seperti itu. Entah kenapa aku tidak merasa berat walaupun tubuh Chris menindihku, dan aku malah merasa senang.

“Sorry Dave,” ucapnya. Lalu dia bangkit dari atas tubuhku. Dia membersihkan bajunya dari tanah dan debu yang menempel begitu juga celananya. Kemudian dia menatapku yang masih tetap berbaring ambil terus menatapnya. “Ayo Dave bangun!” dia mengulurkan tangan ke arahku. Aku pun meraihnya. Dengan perhatiannya dia membersihkan bajuku dari tanah dan debu dengan cara menepuk-nepuknya. Kemudian dia membersihkan bagian belakang rambutku dengan cara mengacak-acak rambutku.

Aku masih terdiam dan menikmati perhatian yang dia berikan terhadapku. Chris memang selalu begitu. Dia selalu menganggapku sebagai orang yang paling berharga. Dia selalu ada ketika aku membutuhkan. Dan dia selalu membuat hari-hariku lebih berwarna. Hal yang paling ekstreme yang pernah dia lakukan adalah ketika dia memukuli teman-temanku yang mengataiku dengan sebutan banci karena selain aku tidak suka olah raga aku juga mempunyai paras seperti perempuan. Itulah yang membuat mereka mengataiku sebagai banci. Tapi tidak dengan Chris. Dia selalu membelaku ketika aku terpojok. Dan dia selalu berada di sampingku. Hingga aku merasa kalau aku cinta padanya. Mungkin dulu aku belum tahu kalau itu cinta. Tapi rasa nyaman dan sayang yang amat dalam.

“Ayo kita pergi,” dia menarik tangan kiriku. Aku pun hanya bisa mengikut di belakangnya. Kita terus berlari hingga kami tiba di halaman rumahnya. Di sana sudah ada nenek yang sedang duduk sambil menyulam. Itulah kebiasaanya di siang hari.

“Nenek,” teriak kami berdua, kemudian memeluknya. Dia pun terlihat kaget, namun dia membalas pelukan kami. “Kita mau dengerin cerita selanjutnya nek,” kata Chris.

“Iya, iya. Yasudah kalian sekarang ganti baju, cuci tangan dan cuci kaki. Terus kalian naik tempat tidur! Nenek mau beresin ini dulu,” katanya sambil melipat kain sulamnya.

Kami pun berlari ke kamar mandi. Sebelumnya kami melepas sepatu kami. Kemudian kami melepas baju kami. Lalu berjalan ke kamar mandi. Sesampainya di kamar mandi, kami bergantian menyiram tangan dan kaki kami. Aku menyiram air ke tangan dan kaki Chris, sementara dia akan menggosok-gosokan kakinya dan membasuh tangannya hingga bersih. Chris pun melakukan hal yang sama terhadapku. Hingga akhirnya kami selesai dan mengeringkan tangan dan kaki kami dengan handuk.

Setelah selesai. kita langsung mengenakan pakaian. Aku sudah membawa pakaianku yang kutaruh di dalam tas. Setiap hari memang aku selalu tidur siang disini dan pulang ketika papah menjemputku. Sebenarnya papah menyuruhku untuk tidur siang di rumah saja. Tapi aku tidak mau. Aku lebih suka tidur di rumah Chris. Selain aku ada teman, juga aku bisa mendengar cerita dari neneknya.

Kami pun selesai mengenakan pakaian kami dan kami langsung menaiki tempat tidur Chris, lalu menarik selimut sampai menutupi perut kami. Tak lama nenek datang. Dia membawa buku cerita yang selalu ia bacakan kepada kami. Lalu dia duduk disampingku. “Kalian sudah siap?” Tanya nenek.

“Siiaaappp,” jawab kami berbarengan. Lalu dia membuka buku tersebut.

“Sampai di mana kita kemarin?” Tanya nenek.

“Sampai di waktu Edelweiss dan Dandelion menjelajah hutan,” seruku.

“Iya-iya nek, sampai situ,” lanjut Chris antusias.

“Baiklah, nenek lanjutkan,” dia mebalikan lembar halaman buku tersebut hingga akhirnya dia menemukan kelanjutannya.

“Ketika Edelweiss dan Dandelion sedang berkelana di dalam hutan. Tiba-tiba dia melihat sekuntum bunga mawar. Mereka berhenti sejenak dan mengamati bunga tersebut,” nenek behenti sejenak. Dia membalikan halamat tersebut, dan melanjutkannya. “Ketika sang malam melengkapi perhiasan jubah langit dengan permata bintang-bintang. Tiba-tiba bunga mawar tersebut menjelma menjadi seorang pangeran yang sangat tampan. Walaupun dia laki-laki tapi dia berparas cantik. Lalu sang pangeran menoleh ke arah Edelweiss dan Dandelion. Mata sayunya menatap ke arah mereka bergantian. Kemudian dia menghampiri mereka dan memegang kedua tangan mereka. Dia mentap mata Edelweiss dan Dandelion hingga mereka berdua merasakan kalau tatapannya membawa gelombang kebahagiaan meraka berdua ke penjuru dunia.” Lalu nenek menutup buku ceritanya.

“Yaahh kok sudah sih nek? Kita belum puas,” rajuk Chris.

“Iyah nek. Terus apa yang mereka lakukan selanjutnya?” sambungku.

“Kelanjutannya akan nenek bacakan besok. Sekarang kalian tidur!” perintah nenek sambil menarik selimut hingga menutupi dada kami. Dengan terpaksa kami pun menurutinya. Padahal kami masih ingin mendengar kelanjutannya.

 

Namun hari yang di tunggu-tunggu pun tak kunjung datang. Nenek Chris sakit keras hingga kami tidak bisa mendengar kelanjutan cerita Edelweiss dan Dandelion. Aku juga sudah tidak pernah tidur siang di rumah Chris lagi. Karena setiap pulang sekolah pasti dia langsung ke rumah sakit. Aku sebenarnya ingin kesana setiap hari juga, tapi papah melarangku karena takut kalau aku sakit. Akhirnya aku hanya bisa pasrah.

Hari ini adalah hari yang paling berat untukku. Hari ini Chris resmi pindah sekolah. Neneknya akan di bawa ke jepang untuk berobat dan itu mengharuskan Chris untuk ikut. Dan mau tidak mau dia harus ikut. Buktinya dia sampai tidak sempat mengucapkan selamat tinggal kepadaku. Bahkan di hari kepergiannya.

Aku duduk termenung di bawah pohon sambil memeluk tas ku. Aku mengayun-ayunkan kedua kakiku yang menggantung. Mataku sudah terasa sembab karena sejak pagi aku sudah menangis ketika guruku memberitahu kalau Chris pindah sekolah. Hingga aku seakan kehabisan air mata. Aku masih saja memandang kedua sepatuku. Tiba-tiba sebuah tangan menraih pundakku. Dengan malas aku mendongakkan kepalaku. Dan aku terkejut.

“Chris,” seruku, lalu aku memeluknya. Aku tak menyangka kalau orang yang dihadapanku adalah dia. Aku kira dia tidak akan mengucapkan salam perpisahan kepadaku. Ternyata aku salah.

“Dave, hari ini aku harus pergi,” katanya. Aku langsung melepas pelukan kami. Aku menatap ke arahnya. aku masih belum mau dia pergi. Tapi apa daya, keputusannya sudah bulat. Dia harus kembali bersama kedua orang tuanya. “Maafkan aku kalau selama ini aku mengecewakanmu. Aku akan selalu mengingatmu. Dan aku janji. Suatu hari aku akan kembali dan menemuimu,” dia mengambil sesuatu di dalam tasnya. Ternyata itu sebuah kalung. Bukan hanya satu, tapi dua kalung dengan satu buah liontin berbetuk bintang. Dia membelah kedua liontin tersebut dan kalung itupun terpisah, “Ini buat kamu,” katanya memberikan kepadaku. Akupun menerimanya, namun aku hanya memegangnya. Dia mengenakan kalung miliknya. “Sini aku pakaikan,” katanya, lalu dia meraih kalung yang berada di tanganku, kemudian mengalungkannya di leherku. “Kalung ini ada inisial nama kita berdua,” dia membalikkan liontin setengah bintang tersebut dan disitu terdapat huruf ‘C’ “Ini inisalku. Dan di liontinku terdapat inisialmu,” katanya sambil membalikkan liontin tersebut dan terdapat huruf ‘D’. “Kamu suka?” dia memandang lekat ke arahku.

Aku masih terdiam. Aku hanya menganggukan kepalaku. “Yasudah kalau kamu suka. Oh ya kalung ini juga kalau di tempelkan bisa nyala lho. Kaya gini nih,” katanya sambil menyatukan liontinnya dan liontinku, lalu liontin itu menyala, berwarna-warni. Aku tersenyum karena bahagia. Dia mengelap air mata yang jatuh di kedua pipiku. “Mulai sekarang kamu jangan sedih. Aku janji aku akan kembali dan menyatukan kedua liontin ini kembali. Maka dari itu jangan pernah lepas kalung ini yah!” aku hanya menganggukan kepalaku.

“Ayo nak sebentar lagi pesawatnya akan berangkat,” tegur seorang ibu-ibu yang berdiri di belakang Chris.

“Sebentar mah,” kata Chris kepada ibunya. Dia mengalihkan pandangan ke arahku, “Dave, aku harus pergi,” dia menggengam kedua tanganku dan menatap mataku,” Kamu harus janji kalau kamu nggak bakal cengeng lagi. Kalau ada yang nakal sama kamu, kamu harus berani membalasnya. Ingat kan apa yang sudah aku ajari ke kamu?” aku mengangguk sambil meneteskan air mata, “Kamu juga harus janji kalau kamu akan terus mengikuti pelajaran olah raga. Jangan bolos! Mengerti?” sekali lagi aku hanya mengangguk. Air mataku terus mengalir. “Baiklah Dave. Kalau begitu aku pergi dulu yah. Selamat tinggal,” dia mengecup keningku lalu berjalan mundur perlahan. Gengggaman tangan kami terlepas, begitu juga dengan liontin yang tadi menempel. Dia meninggalkanku. Aku hanya bisa menangisi kepergiannya. Dan dia juga terlihat meneteskan air matanya lalu dia berbalik dan memasuki mobilnya. Tak lama kacanya terbuka, lalu dia melambaikan tangannya ke arahku hingga mobil itu tak terlihat lagi.

Aku terus saja menangis sambil memeluk tas ku dan liontin kalung pemberiannya. Hingga tiba-tiba seorang anak wanita menghampiriku, “Dave, kamu kenapa nangis?” aku menoleh ke arahnya, ternyata itu Amanda, tetanggaku. Lalu dia mendekat dan memelukku. Aku masih  SD tapi aku sudah merasakan sakitnya kehilangan orang yang kucintai 2 kali, pertama mamahku, kedua Chris. Semoga saja ini rasa kehilanganku yang terakhir.

“Ehm..Dave,” tegur seseorang. Aku langsung membuka kedua mataku. Aku kaget ketika aku sadar kalau suara itu adalah suara Allan. Aku langsung bankit dari atas tubuhnya dengan panik. Kurasakan kalau pipiku basah, aku buru-buru mengusapnya.

Allan bangkit, lalu membenarkan posisi tank-topnya. Dia mengambil beanie hat miliknya yang terjatuh di kursi mobil dan memasangkan kembali di kepalanya. Dia menatapku sejenak, “Lo nangis yah?”

“Eh..uhm.. e..eng..enggak kok. Ini cuman, kelilipan. Iyah kelilipan,” kilahku. Entah itu masuk akal atau nggak yang jelas aku sudah berusaha.

Dia mengangguk-anggukkan kepalanya, “Barang-barang gue kemana?” dia memperhatikan sekelilingnya.

“Sudah di bawa sama mba Entin dan mas Paijo,” jawabku, dia hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Lalu dia beringsut dari kursi mobil dan keluar. Aku masih menatapnya tak percaya. Apa benar dia itu Chris? Kalau dari segi fisik dia memang sama seperti Chris. Tapi kenapa aku ragu? Lebih baik aku mencobanya saja, “Chris..Chris..” seruku, namun dia masih terus berjalan dan tak menghiraukanku. Hingga aku memanggil namanya untuk yang ketiga kalinya, “Chris,”

Dia menoleh ke arahku, aku langsung merasa bahagia. Berarti dia adalah Chris. “Lo manggilin siapa sih?” Damn. Seketika itu juga rasa bahagiaku musnah. Ternyata dia memang bukan Chris. Tapi kenapa kalung itu bisa ada padanya. Atau mungkin hanya kebetulan saja? Atau… “Lo mau ikut masuk atau mau bengong terus disitu?” tanyanya sinis. Aku langsung tersadar.

“Aku ikut,” jawabku cepat. Lalu aku buru-buru keluar mobil, kemudian aku menekan tombol locked pada remote controlku. Setelah alarm mobilku berbunyi, aku langsung berlari kecil menyusul Allan.

Ketika sampai di depan pintu rumah Chloe, ternyata sudah ada tante Sherly yang berdiri di situ. Dia berteriak gembira dan langsung memeluk tubuh Allan. “Welcome my dear son. Welcome to the house,” katanya sambil memeluk Allan. Allan terlihat tidak nyaman ketika di peluk mamahnya, karena selain mamah Chloe berbadan agak gempal juga mungkin dia risih.

“Mamah, lepasin nggak. Aku bukan lagi anak kecil tau,” gerutu Allan. Lalu mamahnya melepas pelukannya.

“Iyah mamah ngerti kok. Tapi tetap saja kamu anak mamah yang paling bungsu,” katanya sambil mencubit kedua pipi Allan. Aku yang melihatnya hanya bisa terkikik.

“Mamah,” seru Allan. Dan tante Sherly langsung melepakan cubitannya. Allan langsung ngeloyor pergi meninggalkan kami.

“Eh ada Dave. Kamu tadi yang jemput Allan yah?” dia menatapku sumringah.

“Iya tante,” jawabku singkat.

“Yasudah ayo sini masuk!” ajaknya sambil menggandeng tanganku, “Kamu nggak usah kaget yah dengan sikap Allan. Dia memang anaknya gitu. Tapi percaya deh, sebenarnya dia itu baik,”

“Iya tante. Aku percaya kok,” lalu dia tersenyum ke arahku dan memeluk tubuhku.

“Makasih yah. Tante harap kamu bisa jadi teman yang baik buat dia yah Dave,” aku hanya menganggukan kepalaku.

“Mamah itu masih belum puas yah meluk aku? Lepasin nggak mah, kasihan itu Davenya,” seru Allan yang sekarang sudah berganti baju dan berdiri di belakang kami.

“Oh iya. Maaf yah Dave,” katanya dengan wajah menyesal.

“Nggak apa-apa kok tante,” jawabku.

“Oh ya, kamu sudah makan?” tanya tante Sherly. Aku menggelengkan kepalaku. “Kalau begitu kamu makan gih. Kamu makan bareng Allan yah!” perintah tante Sherly, akupun langsung mengikuti Allan yang berjalan ke ruang makan.

Selama kita menyantap makan siang kami, tidak ada obrolan sama sekali. Kami sibuk dengan pikiran kami masing-masing dan juga sibuk menyantap makanan yang ada di depan kami. Sebenarnya aku ingin menanyakan sesuatu. Tapi aku takut. Hingga makananku habis barulah aku punya keberanian untuk bertanya padanya. Namun ketika aku ingin bertanya, tiba-tiba dia bangkit dan meninggalkanku. Ku lihat piringnya sudah bersih. Tapi kenapa dia tidak menyapaku. Sekedar basa-basi kek. Ini mah enggak, malah ngeloyor aja. Memangnya aku dianggap apa? Dasar orang aneh.

***

“Jadi sebenarnya ini party apaan?” Tanya Allan. Dia membenarkan posisi Acne sweaternya, kemudian menata rambutnya sekali lagi sambil menatap kaca pintu mobil setelah kami berdua turun dari mobilnya.

“Ehm aku belum tau pasti sih Lan, yang jelas ini acara anniversary sahabatku aja,” jawabku sambil membenarkan posisi jeansku yang agak melorot. Aku merapatkan  jaket DSquared pilihan Chloe, mengecek penampilanku di depan kaca mobil Allan.

“Ayo!” ajakku padanya, dia memasukan kedua telapak tangannya kedalam kantong depan military camouflage pants miliknya. Kemudian dia berjalan disisiku. Namun ketika kami masuk ke dalam rumah Jeremy tiba-tiba dia menggandeng tanganku.

Terdengar musik mengalun cukup keras. Banyak juga orang yang datang. Ternyata ini bukan gay party, karena banyak juga wanita yang datang. Aku pun langsung lega. Aku takut kalau tiba-tiba Allan marah karena aku mengajaknya ke pesta temanku yang gay.

“Daveee,” teriak Jeremy ke arahku. Dia langsung memeluk tubuhku dan mecium kedua pipiku. “Akhirnya kamu dateng juga. Kamu dateng gak sendiri kan?” tanyanya padaku. Aku menggelengkan kepalaku.

“Aku dateng sama kembaran Chloe. Kenalin namanya Allan. Allan, ini sahabatku Jeremy,” kataku memperkenalkan mereka.

“Oh my gay. Kamu ganteng banget. Muka kamu itu oriental lagi. Eeerrrrr, andai aja aku belom punya pacar, aku pacarin deh kamu,” goda Jeremy pada Allan. Aku langsung di buat pusing dengan tingkah Jeremy. Dia nggak tau apa kalau Allan itu nggak tau kalau ini anniversary gay relationship. Aku langsung lemas. Ku lihat Allan bersikap biasa saja. Lalu Tyler datang menghampiri kami. “Oh ya, he is my lovely boyfriend, Tyler,” kata Jeremy pada Allan, lalu Allan menjabat tangan Tyler.

“Allan,”

“Tyler. Thank you for coming and enjoy the party,” kata Tyler. Allan hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

“Yasudah Dave, aku tinggal dulu yah. Aku mau nyambut tamu yang lainnya juga,” kata Jeremy. Aku hanya mengangguk lemas. Menanti apa yang akan terjadi selanjutnya antara aku dan Allan. “See you handsome,” kata Jeremy sambil melambaikan tangannya ke arah kami ketika dia dan Tyler meninggalkan kami.

Aku langsung mencari tempat duduk yang kosong dan duduk disana. Allan ikut duduk disampingku. Aku masih belum berani berbicara padanya. Bahkan untuk sekedar memandang wajahnya pun aku takut. Ternyata saran Chloe benar-benar gila. Kalian pasti bingung kenapa tiba-tiba Allan bisa datang bersamaku di acara party anniversary Jeremy dan Tyler. Kalo iya, sini aku beritahu kalian. Jadi kejadiannya begini.

Ketika aku sedang berbincang dengan tante Sherly, tiba-tiba Chloe datang. Dia diantar pulang oleh Arin. Tapi Arin langsung pulang karena dia masih ada urasan lain. Alhasil sampai sekarang aku masih belum bisa bertemu langsung dan berkenalan dengannya. Chloe ikut bergabung dengan kami. Ketika tante Sherly beranjak aku menceritakan kepada Chloe perihal pesta ini. Dan tanpa ragu Chloe langsung menyarankan kalau aku harus pergi dengan Allan.

“Kamu yakin Chloe?” tanyaku tak percaya.

“He em. 100% yakin,” jawabnya mantap, “Udah deh Dave, kamu nggak usah takut. Allan gak bakalan marah kok. Dia udah terbiasa dengan hal-hal berbau LGBT. Lagian teman-temannya di korea sana juga banyak yang gay kok. Jadi Allan udah terbiasa dengan hal itu,” lanjutnya.

“Owh gitu. Tapi kalau misalnya tiba-tiba ada sex partynya gimana? Yah aku harap sih nggak ada. Tapi kan kamu tau siapa itu Jeremy. Aku takutnya dia ilfeel ketika melihat adegan berbau gay yang di pertontonkan di depannya,”kataku kuatir.

Dia mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahku, “Kamu nggak usah khawatir deh. Lagian kalau memang nanti ada sex partynya malah bagus donk. Kamu bisa menikmati Allan,” kata Chloe, lalu dia tertawa. Aku langsung melemparinya dengan bantal. “Hahaha. Yasudahlah Dave, sekarang kamu ikut aku. Kita cari baju buat acara nanti malam,” kata Chloe, “Dress codenya apa?” Tanya Chloe padaku,

“Casual,” jawabku singkat.

“Oke,” lalu dia bangkit, “Aku mau manggil Allan dulu,” lalu dia pergi ke kamar Allan.

“Memangnya kita mau kemana sih?” Tanya Allan ketika sudah masuk ke dalam mall kelapa Gading.

“Dave mau dateng ke acara anniversary temannya, dan dia harus bawa partner. Nah, kebetulan ada kamu, jadi kamu juga sekalian mengenal teman-teman Dave,” jawab Chloe.

“Terus kenapa harus gue? Emang dia gak punya cewek apa?” dia memandang heran ke arahku.

“Allan. Aku kan sudah bilang, biar kamu mengenal banyak teman. Lagian kamu kan udah Dave bantu, masa kamu gak bisa bantu dia sih?” lanjut Chloe, “Nah, itu tuh di depan. Kita beli di Pull and bear aja yah. Kan temanya casual, jadi kayaknya banyak yang cocok deh buat kalian,” kata Chloe, lalu kami memasuki store tersebut.

“Nggak mau ah, gue capek. Gue mau istirahat,” gerutu Allan. Aku jadi merasa tidak enak sendiri. Kulihat Chloe malah asIk memilih baju. Dia memilih jaket.

“Nah, Dave. Kayaknya kamu cocok deh make ini,” dia memberikan jaket yang telah dia pilih kepadaku. Aku melihat merek jaket tersebut, ternyata itu keluaran DSquared. Jaket berwarna biru dongker dengan kancing di bagian depannya, “Nah, untuk innernya. Kayaknya T-shirt diesel ini cocok deh,” dia memberikankanku T-shirt berwarna biru muda pucat. “Oh ya, ukuran celanamu berapa?”

“29,” jawabku cepat.

“Okay, kayaknya jeans all saint ini muat buat kamu. Warnanya juga senada dengan jaketmu. Ini. Kamu coba yah di fitting room,” katanya sambil menyodorkan jeans tersebut kepadaku. Aku hanya bisa menurut dan mencoba pakaian yang di pilih oleh Chloe.

Setelah aku selesai mengenakan semua pakaian tersebut. Aku keluar untuk meminta pendapat Chloe. “Good. You look great,” jawab Chloe. Aku hanya bisa mengangguk. Kalau soal fashion Chloe lah jagonya. Dia bisa melihat pakaian mana yang cocok dan tidak cocok untuk kita kenakan. Pokoknya Chloe memang pengamat fashion yang baik.

Aku langsung memberikan pakaian yang tadi sudah aku coba kepada shop keeper untuk di hitung harganya. “Udah gue bilang kalo gue males. Why you still insist me, Chloe love?”

“Allan. Kamu mau ngikutin perintah aku atau,” dia membisikan sesuatu ke Allan. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan.

“Oke.oke fine,” jawab Allan kesal. Lalu dia bernajak menuju fitting room.

Aku mendekat ke arah Chloe yang sedang asik dengan ponselnya, “Chloe. Sebenernya kalo Allan gak mau juga gak apa-apa kok. Lagian kasihan Allannya kalau dipaksa gini,” kataku merasa tidak enak.

“Dave. Percaya deh sama aku. Dia itu cuman males aja. Lagian ini juga supaya dia mengenal teman baru. Jadi apa salahnya kalau dia ikut? Toh acaranya cuman party,”

“Iyasih. Tapi kan tetep aja aku ngerasa nggak enak,”

“Hadduuhh. Udah deh Dave. Pokoknya kamu tenang aja. Allan pasti mau kok,” katanya, lalu dia kembali berkutat denga iphonenya.

Tak lama Allan keluar dari fitting room. Dia mengenakan jacket marc Jacobs berbahan jeans, tetapi menempel dengan acne sweater yang ada di dalamnya. Dan bagian lengannya berbahan kulit berwarna hitam. Dengan T-shirt berwarna putih dan military camouflage pants. “Chloe,” kataku sambil menoel Chloe yang sedang asik dengan iphonenya.

Chloe mengalihkan pandangannya kepada Allan, “Oh my goodness. You look so gorgeous Allan, as always,” kata Chloe.

“Thank you Chloe love,” lalu dia kembali memasuki fitting room.

***

“Jadi sahabat lo itu gay?” aku bingung harus jawab apa. Aku masih belum berani berbicara padanya. Aku hanya menunduk sambil memain-mainkan jariku. “Dave,” tegurnya sekali lagi.

“Ah..i..iy..iya,” jawabku terbata, “Ada apa yah Lan? Aku tadi nggak denger,” kilahku. Tapi sepertinya dia percaya, karena memang musik yang mengalun begitu kencang.

“Jadi sahabat lo itu gay?” Tanya Allan sekali lagi. Aku hanya menganggukkan kepalaku. “Owh,” hanya itu jawaban yang keluar dari mulutnya. Padahal aku kira dia akan marah-marah dan pergi meninggalkanku.

“Kamu nggak apa-apa kan Lan?” tanyaku tak enak. Dia menolehkan kepalanya kepadaku.

“Gak apa-apa kok. Memangnya kamu kira aku kenapa?” dia malah balik bertanya padaku.

“Ehm, aku kira kamu bakalan marah,” dia menggeleng cepat. “Tapi kamu beneran gak marah kan sama aku?” tanyaku sekali lagi. Dia hanya menganggukkan kepalanya. Untuk sekian detik, tidak ada percakapan yang keluar dari mulut kami. Kami sibuk dengan pikiran kami masing-masing.

“Gue ambil minum dulu yah, lo mau minum apa?”

“Lemon squash,” jawabku singkat. Lalu dia bangkit dan berjalan menuju tempat pemesanan minuman.

Kulihat acara semakin heboh. Para gay couple dan straight couple sedang asik berjoget ria di dance floor. Ketika aku sedang asik mengamati mereka tiba-tiba pundakku ada yang menepuk. Aku menolehkan wajahku ke arah orang yang menepuk pundakku.

“Revie,” seruku terkejut. Aku benar-benar tidak menyangka kalau dia bisa ada disini. Revie langsung menghambur dan memelukku. “Aku gak nyangka kalau kamu bisa ada disini,” kataku masih tak yakin.

“Iyah, aku juga gak nyangka kalau bakalan ketemu kamu disini,” dia melepaskan pelukan kami, lalu tersenyum. Senyumannya selalu indah dan terasa begitu tulus. Membuat siapa pun yang melihatnya akan jatuh hati. “Kamu datang sama siapa?”

“Ehm aku datang sama temanku, dia lagi ngambil minuman,” jawabku. “Kalau kamu, datang sama siapa?” aku balik bertanya padanya. Dia tidak menjawab dan hanya menunjuk ke sosok pria yang berdiri disampingnya. Aku mengalihkan pandangannya ke arah pria tersebut. Oh my dear God. Pria itu. Dia kan yang ada di foto yang Revie bawa waktu itu. “Is that him?” tanyaku pada Revie. Dia mengangguk antusias.

“Bagas,” kata pria tersebut sambil mengulurkan tangannya kepadaku

“Dave,” kataku menyambut uluran tangannya yang ternyata begitu kekar. Wajahnya memang tampan, akan tetapi yang lebih menggoda adalah bodynya yang begitu aduhai. Dia berkulit sawo matang dan mempuntai alis yang tebal. Aku mengalihkan pandanganku ke arah Revie yang sedang tersenyum antusias. Aku bertanya padanya tapi dengan menggunakan ahasa isyarat, dan dia sepertinya tahu maksudku.

“Oh ya, kamu mau minum apa sayang?” Tanya Bagas kepada Revie.

“Aku mau minum orange juice aja,” jawab Revie singkat. Bagas menganggukkan kepalanya.

“Kalau kamu Dave?” dia bertanya padaku.

“Ehm gak usah. Temenku tadi lagi ngambil minumanku kok,” kataku tersenyum kepadanya. Lalu dia beranjak. “Tell me about your relationship!” perintahku pada Revie. Dia malah cekikikan gak jelas.

“Jelasin apa Dave? Toh semuanya udah jelas kan?” katanya sambil terkikik.

“Yeah I know. Kalian udah jelas-jelas pacaran. But, how come? Padahalkan dulu kamu pernah bilang kalau dia itu straight. Tapi kenapa dia bisa jadian sama kamu?” tanyaku penasaran.

“Ehm gimana yah? Yang jelas tadinya aku hanya mau bikin pengakuan sama Bagas. Tapi malah dia juga cinta sama aku. Yasudah kita jadian deh,hehehe” dia tersenyum dan menampakan barisan gignya yang kecil dan putih.

Tak lama Bagas datang, dan kami ngobrol mengenai banyak hal. Mulai dari pengalaman kami mengikuti olimpiade, dan Ternyata Bagas itu teman Tyler dalam di club futsal. Makanya dia diundang ke acara ini. Sampai ke peristiwa ketika Revie dan bagas resmi jadian. Cerita cinta mereka membuatku iri. Benar-benar iri. Kami terus mengobrol kesana kemari hingga pembicaraan kami teralihkan oleh seseorang yang menaiki panggung.

“Heeeyyy..you slutty bitch,” teriak cowok itu dari atas panggung, membuat kita semua mengalihkan pandangan ke arahnya, “Party on, Dahling!” lanjut cowok tersebut, yang disambut teriakan antusias dari semua tamu yang ada disini. Lalu musik langsung menghentak. Membuat suasana begitu distorsi. Cowok itu melepas bajunya dan memutar-mutarkannya.

“Ya Tuhan, Zavan,” seru Revie tak percaya. Dia langsung menunduk dan menutup mukanya. Aku masih belum tahu maksud Revie.

“Kamu kenal dia Rev?” tayaku bingung.

“Iyah, dia Zavan. Sahabatku,” katanya setalah dia mendongakkan kepalanya lagi. Aku hanya mengangguk. Dan aku masih belum percaya kalau orang seperti Revie memiliki sahabat yang, oke dia memang tampan, tapi kelakuannya benar-benar mencengangkan.

Kini cowok bule yang bernama Zavan tersebut sedang menari sambil dihimpit dua orang cowok kekar di depan dan di belakangnya. Benar-benar luar biasa binal. Kulihat Tyler dan Jeremy ikut bergabung dengan mereka menaiki panggung. Aku terus mengamati mereka, hingga aku sadar kalau sedari tadi Allan belum kembali. Aku emutuskan untuk mencarinya. Namun terlebih dahulu aku berpamitan kepada Revie dan Bagas.

Aku mulai mencari Allan, tapi ternyata dia tidak ada di tempat pemesanan minuman. Akhirnya aku berjalan menyusuri ruangan tersebut. Tapi masih nihil. Hingga aku melihat ke kerumunan wanita yang sedang mengerubungi seseorang. Dan ternyata orang itu adalah Allan. Dia udah tipsy. Penampilannya sudah acak-acakan. Jaketnya terlepas dan kaosnya terangkat naik hingga ke dadanya. Aku langsung masuk kedalam kerumunan tersebut.

Bau alkohol menyeruak masuk kedala hidupku. Bercampur dengan entah bau apa namanya, yang jelas membuat kepalaku pusing. Aku mulai menyingkirkan satu persatu wanita yang mengelilingi Allan. Ternyata mereka juga dalam keadaan mabuk. Aku memungut jaket Allan, dan juga ponselnya yang tergeletak di meja. Ku topang tubuh Allan dan membantunya untuk berdiri.

Aku membawa Allan keluar dan berniat untuk pulang. Aku tidak sempat berpamitan pada Jeremy karena memang situasinya tidak mendukung. Aku terus menopang tubuh Allan yang ternyata cukup berat ini. Hingga kami sampai di depan mobil Allan. Aku merogoh kantong celana Allan tapi tidak menemukan kunci mobilnya, ternyata kuncinya ada di kantong jaketnnya. Aku mencarinya dan menemukan kunci mobilnya. Ku tekan tombol Unlocked pada remote control mobilnya. Lalu aku membuka pintu belakang mobil tersebut dan membaringkan Allan di kursi belakang.

Ketika aku hendak bangkit, tiba-tiba Allan menahanku dan memeluk tubuhku. Membuatku jadi terperangkap. Dia membuka matanya, lalu tiba-tiba dia mencium bibirku dengan kasar. Membuatku makin tidak nyaman. Aku mencoba untuk melepaskan tubuhku dari jeratannya. Namun, dia malah makin menahanku dan terus menciumiku.

“Allan stop it!” hardikku di tengah ciuman kami tersebut.

“I won’t,” jawab Allan, lalu dia kembali menciumi bibirku dan kali ini ciumannya turun ke leherku. Bukan hanya itu saja. Tangannya kini sudah masuk ke dalam T-shirtku dan menggerayangi tubuhku. Oke, i have to admit if he has a glorious kiss. and i think he is a good kisser. Tapi kalau caranya kasar seperti ini malah membuat lawan ciumannya ilfeel.

“Allan, why you become such a wrecking ball. Let me go!” bentakku. Namun dia masih terus mencumbuku. Kalian ingin tahu apa kelanjutannya? Just wait fo the next chapt! :-p

-To be continued to Perkamen Fifthteen-

Good Afternoon efribadeh?

Gong xi fa cai buat kalian yang merayakan imlek. semoga di tahun kuda kayu ini kita gak jadi kayu yah,hahaha. padahal aku lebih suka kua pony lho daripada kuda kayu,wkwkwk #OOT

Mudah-mudahan nggak ada typo. tapi kalau masih kecolongan ya maap yah!hehehe

Mau summoning beberapa komentator yang kayaknya udah pada hiatus,haha

Buat : Yura, Topik, Rayhar, Fahri, Fares, JustTama, Bee, Zack, Gadis, Rama, J Gandhos, Dhewie Kartika, Ruhas, Niesz_Fujoshi, Dera, Sudiro, Mario, Tio, Rhoeds, Obitz, Bagas, Dean evans, and Grawl. 

WHERE HAVE YOU BEEN??????

kalian masih hidup kan? :-p

Atau kalian lagi pada sibuk? mudah2an kalian sempet yah buat komenin ceritaku. biar ceritaku makin kece lagi, yah yah yah!!!!

Spesial Thanks buat Honey,Bunny,Sweety, and Slutty :-p Ruka Minazuki yang gak pernah absen buat komen. Makasih yah sayang. *Kecup-kecup*

Buat yang nggak aku mention berarti belakangan ini kalian masih aktif komen. makasih yah. Dan terus komen di ceritaku oke?

Udah deh segitu aja komen.a. dadah, sampai ketemu di part selanjutnya,hehe

Cordialement,

Onew

47 komentar di “Floque – Perkamen 14

  1. Masih idup kok masih , mending aku komen nya jarang jarang kyk gini biar di mention terus di ceritanya :b
    Buat ceritanya , sekarang udah tambah seru tapi makin gregetan bacanya apalagi dibagian nya si Revie ngobrol sama Dave . Bikin gregetan deh pokok nya !
    Keep going ya Kak Onew , Ganbatte :3

    • Owh masih yah. syukur deh..hehe
      Huh dasar. besok2 aku protect ahh biar yg baca harus komen. klo gak komen gak aku kasih password.a. kan jadi adil,hihihi :-p

      Geregetan yah? sama kayak org kalo liat aku. pasti mereka pada geregetan pengen nyubit,wkwkwk

      makasih udh komen.. harus sering2 komen yah! 🙂

      • wah! Gaswat dong klo dikasih password nnt gue gak bisa jadi SR lagi donk 😛
        hahaha…
        Salam kenal Onew 😉
        Rajin-rajin update ya biar gue juga jadi rajin komen hehehe ^^v #reader_impolite #plakk

        • Ya ampun Erd. ternyata selama ini dirimu jadi SR? gak nyangka lho… *pasang emot terkejut*

          Aku udah kenal kamu kok. kamu pernah jadi author di AVN juga kan? sekarang masih nulis kah??

          iyah, aku bakalan rajin update kalo kamu juga rajin komen,oke,hehehe

  2. ,ishhh waoooww aku di mention .. hihik, jadi malu -///- *blushing*
    ,ick! hunny, bunny, sweety?! lagunya G-String dongg .. eww, girlband gak laku! kok jadi nyumpahin diri sendiri gak laku sihh ??… hahah! maaf lagi gaje, soalnya otaknya agak2 error ! -_-
    ,ntar aku komen deh kak On di Floque yg selanjutnya .. lagi agak2 sibuk buat kerja nihh.. biasaa… orang sibukk .. wks~ 😉 😀

  3. Nah kalo yang ini dapet banget feelnya, mulai seru atuh ^_^
    . Penasaran ama kejadian yang di mobil, wkwkwk
    .lanjutnya jangan lama.lama atuh kak, -_-

    • Ciieeee yg dpet feel.a. selamat yah!hehe

      Anda penasaran? saya sih enggak,ahahaha

      lanjutan.a hari sabtu baru di post. itupun klo udh jadi,hahaha

      dtggu aja deh pokok.a!hehehe

  4. cerita nya makin seru bangat 🙂

    kritik dikit aja banyak huruf nya yg kurang.kalau bsa jangan sampai kurang huruf nya onew…ak suka ma cerita km onew 🙂

    wah nich cerita akan panjang seperti LTL(loner to love punya andy)

    ak suka ma cerita nya…onew yg ganteng n cetar max jangan lama2 gantung nya ya 😀

  5. Nice part… Tpi agk smpet bingung waktu pengulangan cerita, gk ad tanda gtu…
    Tpi tetep bagus kok…. (y)
    End next part nya, klo bisa lebih penasaran n lebih lama postingnya, biar di santet tante zuzana… Hahaaaa kidding… 😀

    • Iyahhh sorry yah udh bikin kamu bingung,hehehe

      waaahh aku bingung nih, yg laen bilang suruh cepetan posting.a, kmu bilang suruh lamain posting.a. jadi aku pilih ygbmana nih? bingung,hahaha

  6. lama juga y aq jadi SR.. 😀 cz dlu cerita kmu g da SESUATUnya..
    tp aq slalu setia nungu klanjutannya.. N sekrang jln ceritanya lbh bgus,bnyak kmajuan nich trus feelnya jga dpt bgt. SALUUUUTTT..
    #cemungud ea

  7. wkwkwkwk dimention ala bf niih ^_^ gue masih hidup kook, cuma lg sibuk (sok sibuk sebenernya :p ) jd gk sempet baca, nih gue rapel bacanya, skalian rapel komennya yaa 🙂 ceritanya makin menarik nih, ada typo dikit tp gak mengganggu, crossingnya dng WS keren. N senengnyaaa.. Dave bentar lg punya pacar baru…kyknya.. good luck Dave! hehe

    • Iyah biarin. biar pada nongol. abis pada hiatus semua sih..hahaha

      ciiieee yg sibuk nyari cowok,hahaha

      bentar lagi? massiihhh lama ray. masih bnyak kendala diantara mereka *halah* wkwkwk

      Makasih udh komen yah…hehe

  8. Yeee udh chapter 14. Ceritanya bagus bgt bikin aku merinding + ketawa” gajelass :* . Pokoknya top deh kali ini. Lanjutin ya kak tapi jgn kelamaan udh ga sabar nihh 🙂

    Btw kak onew kangen sm aku ya? Hahaha sampe disebutin gitu hehe aku akhir” ini memang lagi sibuk jd jrng komen hehe

  9. @onew, mksdnya kebalikan dari itu.. Aku blng “lebih lama posting nya biar di santet tante zuzana”, artinya “lebih cpt postingnya, kalo lama posting next partnya disantet tante zuzana… Hahaaaa

  10. Wahh.. namaku disebut. Maaf banget ya New baru bisa komen lagi.
    Ceritanya kok gak seseru di awal ya? Aku kurang tau sih di bagian mananya yang bikin gak seru.
    Tapi intinya tetep semangat ya New! Cerita kamu selalu aku tunggu..

    • Enggakm Allan gak kay cho. dia str8… tapi… dtggu aja deh pokok.a…haha

      ehm Chris yah? nanti dia muncul di chapter 17/18 deh..hahaha

  11. agak kaget pas namaku disebut, haha
    sorry new, my life is fu**ing busy right now,,
    oke, aku bkln komen,
    untuk part kmaren gk dapet feel nya dan endingnya biasa aja, tapi kalo yg skrg bner2 gregetannya Sherina,, endingnya juga bner2 an**ng, bkin horny nanggung,,
    soal typo masih kliatan walopun nyempil kyk upil,,
    oke then, see ya!

    #jurus_kabut_alpenliebe

    • Kaget yah? gak sampe pingsan kan?haha.
      ciieee yang lagi sibuk. sibuk ngapain emangnya? ngepet?ahahaha

      hahay, ceritaku kan emang selalu kurang feel zack. maklum lah namanya juga amatiran. tapi aku selalu coba buat lebih baik kok cerita.a,hehehe

      oke, see ya!

  12. HADIR.. *ih kok gue diabsen juga yaa* hhahaa..
    I’m not going anywhere kok Nyew.. Still here, waiting for you *aisshh 😉
    Gue tuh sibuk buanggett Nyew, you know lah. 🙂 Cerita nya makin kesini makin menarik nih Nyew, gue suka. Eh ini aja gue rapel nih tulisan lo tengah malem saking ga bisa tidur nye, gue buka blog rendi eh udah ada yg baru..

    Keep spirit deh Nyew buat lanjutannya. :-*

  13. Bitchie bitchie bitchie #belatrix_lastrange mode on , º°˚˚°ºO☺HH:) my gergous gay , my zavan always make the party far far far from lame , =))H̶̲̥̅̊ǟH̶̲̥̅̊ǟH̶̲̥̅̊ǟH̶̲̥̅̊ǟH̶̲̥̅̊ǟ=)). , net yg dibisikin chloe ke allan pasti tentang rahasia kalo allan adalah chris tp allan ga mau dave tahu dari chloe dia berharaop dave tahu sendiri kalo allan a.k.a chris ,… Am i right ?????

Tinggalkan Balasan ke garra_kage Batalkan balasan